Home » » Belajar Kesetiaan

Belajar Kesetiaan

Kebersamaan tanpa kesetian itu tidak ada artinya. Saya teringat dua nama untuk contoh kesetian yang luar biasa. Dokter Rini Krisnawati, Direktur Rumah Sakit Aisyiah Ponorogo Jatim, contoh kesetiaan seorang istri, dan pak Suyatno menjadi contoh kesetian seorang suami.

Hari - hari bulan madu dr Rini terasa indah bagai bertabur bunga. Tetapi hidup sering berubah tidak terduga. Setahun usia pernikahan, sang suami terkena tumor otak. Masa bulan madu seakan terhenti. Sebagai seorang dokter, Rini sangat paham akan penyakit suaminya.

Singkat cerita, suaminya harus menjalani operasi kepala sampai 12 kali, termasuk buka tempurung. Efek operasi adalah kelumpuhan sebelah: mulai wajah sampai kaki. Operasi ke-13 pada mata karena infeksi pada kornea mata menyebabkan sang suami buta. Total keluar masuk rumah sakit, termasuk radio terapi lebih 25 kali. Dengan Ikhtiar ini usia suaminya yang diperkirakan hanya berumur satu tahun menjadi sebelas tahun. "Biaya saya hutang. Uang dapat dihutang, tetapi nyawa tidak," kata Rini.

Akibat kepalanya sering operasi, timbul gangguan jiwa sampai dua kali masuk rumah sakit jiwa Menur. Namun Rini memperlakukan suaminya seperti orang sehat. Diajaknya keliling kota, makan di restoran, ikut menemui tamu di rumah, pertemuan keluarga, reuni teman kuliah, dan lain-lainnya. "Dia suami saya. Tidak perlu saya sembunyikan, meskipun merasa sering jadi tontonan. Saya tak peduli, saya tidak mengganggu mereka," kata Rini. Suaminya dipuji ganteng, walaupun setalah sakit berubah. Rini juga mendatangkan guru ngaji, mengajar baca al-Qur'an yang dulu dikuasai suami-- tetapi kini tak ingat lagi.

Rini tak mengeluh. "Allah tidak akan menguji hambanya diluar kemampuan hambanya. Saya ingin mencari surga lewat suami. Derita suami lebih berat dari saya," katanya. Meskipun merawat, menyuapi, memandikan dan melayani semua kebutuhan suami, Rini tetap bekerja dengan baik. "Saya tak rela suami dianggap penyebab turunnya kualitas kerja saya." katanya.

Lain lagi kisah pak Suyatno yang pernah ditayangkan televisi swasta dan www.ikutikutan.com. Istrinya beberapa hari setelah melahirkan anak keempat, kakinya terasa lumpuh. Semula dikira akan segera sembuh. Tetapi setelah sebulan, dua bulan, semakin parah. Pada tahun ketiga tubuhnya lunglai seperti tak bertulang. Lidahnya tak bisa digerakkan.

Setiap hari Suyatno mengangkat, memandikan, membersihkan kotoran, mendandani, membaringkan kembali, dan menyuapi. Sebelum berangkat kerja, dia geser televisi agar istrinya mudah menonton dan tidak kesepian. Siang hari dia pulang sebentar untuk menyuapi makan. Sore sepulang kerja, Suyatno memandikan, mendandani dan menemaninya. Dia ceritakan hal menarik yang terjadi hari itu, meski istrinya hanya merespon dengan senyum lemah. Rutinitas ini berlangsung 25 tahun. Sambil merawat istri, dia membersarkan anak-anaknya seorang diri. Kini Suyatno hanya tinggal berdua karena tiga anaknya telah berkeluarga dan si bungsu kuliah di kota lain.

Suati hari keempat anaknya berkumpul. Yang tua berkata: "Pak sejak kecil kami melihat bapak merawat ibu tanpa mengeluh, Kini giliran kami merawatnya." Anak kedua dengan terisak berkata : "Untuk kesekian kalinya kami berharap bapak menikah lagi. Saya yakin ibu mengizinkan. Kapan bapak menikmati masa tua kalau terus-menerus berkorban seperti ini. Kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami akan merawat ibu sebaik - baiknya."

Suyatno lama terdiam. Akhirnya dengan linangan air mata dan memandangi wajah istrinya di berkata: "Anakku. sekiranya perkawinan dan hidup ini hanya untuk memuaskan nafsu, mungkin bapak sejak dulu menikah lagi dan meninggalkan ibumu. Ketika sehat, ibumu mendampingi aku dengan sepenuh hati. Bagaimana mungkin aku meninggalkannya ketika dia sakit? Dia sakit karena berkorban untuk kebahagian kita. Aku terima ini sebagai ujian. Tidak ada yang aku dan ibumu inginkan kecuali kalian hidup bahagia."

Mendengar jawaban Suyatno, tetesan air mata bergulir di pipi istrinya disertai isak tangis anak - anaknya.
 ***
Nah yang belum menikah, mau menikah ataupun sudah menikah,, kayaknya cerita diatas patut dijadikan sebuah pedoman nih. Yaitu salah satu cara agar bisa setia,,..Hhhmm seperti menerima pasangan dengan sempurna, bukan mencari pasangan yang sempurnya. :)

dinukil dari Kolom
Oleh : Nur Cholis Huda
(Matan, Edisi 72, Juli 2012)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2011. Cermin Cerpen - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger